TEAM :D

Kamis, 09 Desember 2010

abis ibunya anaknya gw sikat juga

Panggil saja aku Ade, panggilan sehari-hari meski aku bukan anak bontot. Aku murid SMU kelas 3. Aku tinggal di sebuah perumahan di Jakarta. Daerahnya mirip-mirip di PI deh, tapi bukan perumahan “or-kay” kok. Sekitar beberapa bulan lalu, rumah kontrakan kosong di sebelah kiri rumahku ditempati oleh keluarga baru.
Awalnya mereka jarang kelihatan, namun sekitardua minggu kemudian mereka sudah cepat akrab dengan tetangga–tetangga sekitar. Ternyata penghuninya seorang wanita dengan perkiraanku umurnya baru 30-an, anak perempuannya dan seorang PRT. Nama lengkapnya aku tidak tahu, namun nama panggilannya Tante Yana. Anaknya bernama Anita, sepantaran denganku, siswi SMU kelas 3. Ternyata Tante Yana adalah janda seorang bulekalau tidak salah, asal Perancis. Sikapnya friendly, gampang diajak ngobrol. Tapi, yang paling utama adalah penampilannya yang “mengundang”. Rambutnya ikal di bawah telinga. Kulitnya coklat muda. Bodinya tidak langsing tapi kalau dilihat terus, malah jadi seksi. Payudaranya juga besar. Taksiranku sekitar 36-an.

Yang membikin mengundang adalah Tante Yana sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik–cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule. Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”, malah jadi muka–muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Yana ituhypersex. Kalau Anita, kebalikan ibunya. Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Anita jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.

Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Yana semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Yana kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Anita, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya. Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Yana dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Yana lewat, buru-buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Yana melapor sama ortu. Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Yana justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambahnafsu.

Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Yana memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.” Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya “mengajak” Tante Yana. Tante Yana memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Yana hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Yana susun.

Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Yana mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Yana lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, “De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” Dengan tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat berdegup. “Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante Yana meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Yana ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Yana langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. “Kamu mau yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.

Ternyata benar perkiraanku, Tante Yana hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Yana sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Yana. Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Yana, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Yana mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Yana mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.

Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Yana dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Yana adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Yana yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Yana meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Yana mengenai pusarku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Yana kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Yana kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil namaku.

Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai. Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya. Tante Yana pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku. Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Yana. Rasanya agak seperti asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya Tante Yana. Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Anita.

Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Yana, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru meneruskan “adegan” dan berkata, “Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Yana sedang menghisap “lollypop”. Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Yana menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Yanamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan. Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Yana yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Yana bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Yana dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itusemakin menambah nafsuku.

Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Yana sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur batang kemaluanku. Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Yana juga mengelus-elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum. Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Yana bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Yana berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh keringat dia itu.

Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Yana menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Yana. Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Yana sudah setengah berdiri dan nungging di depanku. Tante Yana mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Yana, aku jadi ejakulasi. “Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Yana. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.

Kulihat wajah Tante Yana sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Yana yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Yana. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Yana sementara penisku masih tegak namuntidak sekeras tadi.

Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Yana. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah). Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Yana mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Anita menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering. Saat kuangkat, ternyata Anita yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Anita. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.

Tak lama Anita mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
“De, gue mau tanya!”
“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.
“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”

Anita pun masih meneruskan omongannya,
“Loe napsu sama nyokap gue??”
Anita kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Anita menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam. Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Anita yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya. Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Anita yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Anita langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.

Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Yana, namun ciuman Anita yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Anita. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus. Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Anita membuka kaosku. Lumayan lama Anita menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit. Aku langsung membisikkannya, “Nit, kita ke kamarmu yuk..!” Anita menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Anita kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan. Anita sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Anita juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Yana akibat terbawa romantisnya suasana.

Dari sini aku bisa tahu bahwa Anita itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain. Berhubung Anita masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Anita nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem. Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Anita berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu. Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Anita juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Anita.

Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Anita, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Anita, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya. Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Anita. Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Anita yang baru pertamakali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Anita meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.

Terus, Anita berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang. “Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali. Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Anita, sementara Anita juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.

Gairah Tanteku di Warungnya

Cerita ini berawal pada tahun 1997 dan kejadian itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku itu bekerja pada bidang marketing, jadi kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu minggu lamanya, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga anaknya yang masih kecil, mendirikan sebuah warung di depan rumah. Tanteku itu orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada 34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.


Tidak sampai di situ saja, kadang tanteku ini suka memakai baju tidur yang model terusan tipis tanpa memakai BH dan itu sering sekali kulihat ketika di pagi hari. Apalagi aku sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan dan itu otomatis ketika dia menunduk menampakkan buah dadanya yang lumayan besar dan montok. Hal ini dilakukan sebelum dia menyiapkan keperluan sekolah anaknya, kalau om-ku biasanya tidak ada di rumah karena sering bertugas di luar kota selama empat hari. Pernah aku melamunkan bagaimana rasanya jika aku melakukan persetubuhan dengan tanteku itu, namun akhirnya paling-paling kutumpahkan di kamar mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu dapat terkabul ketika aku sedang menumpang nonton TV di rumah tanteku pada siang hari dimana ketiga anaknya sedang sekolah dan om-ku sedang bertugas keluar kota pada pagi harinya.

Kejadian itu terjadi ketika aku sedang menonton TV sendirian yang bersebelahan dengan warung tanteku. Ketika itu aku ingin mengambil rokok, aku langsung menuju ke sebelah. Rupanya tanteku sedang menulis sesuatu, mungkin menulis barang belanjaan yang akan dibelanjakan nanti.
“Tante, Diko mau ambil rokok, nanti Diko bayar belakangan ya! sapaku kepada tanteku. “Ambil saja, Ko! balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yang tepat di belakangnya sambil meneruskan menulis dengan posisi membungkuk. Karena toples rokok ketengan yang akan kuambil ada di sebelah tanteku tanpa sengaja aku menyentuh buah dadanya yang kebetulan tanpa memakai BH. “Aduh! hati-hati dong kalau mau mengambil rokok. Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri! seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di dadanya yang sebelah samping kirinya. Namun karena tidak memakai BH, nampak dengan jelas pentil susu tanteku yang lumayan besar itu. “Maaf Tan, aku tidak sengaja. Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak supaya dada Tante tidak sakit bagaimana! tawarku kepada tanteku. “Ya sudah, sana kamu ambil cepat! ringis tanteku sambil masih mengurut dadanya.

Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja. “Ini Tante, minyak urutnya! sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku lakukan. Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit, namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan sedikit memaksa aku berhasil membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari belakang.

Sedikit demi sedikit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku. “Diko! kamu jangan nakal ya! seru tanteku namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi dari depan oleh selembar baju itu. “Ohhoohh seru tanteku ketika tanganku sudah mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya. “JanganDikojangtante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya.

Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia mendapatkannya secara perlahan, dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang lamayan panjang. Untuk diketahui

Tante Yus dan putrinya...

Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetapi berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adalah terbuat dari kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo kecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohon-pohon perindangnya yang tumbuh subur memayungi seantero lingkungannya. Aku masih ingat, di samping rumah berlantai dua itu terdapat kolam ikan Nila yang dicampur dengan ikan Tombro, Greskap, dan Mujair. Sementara ikan Geramah dipisah, begitu juga ikan Lelenya. Dibelakang sana masih dapat kucium adanya peternakan ayam kampung dan itik. Tante Yustina memang seorang arsitek kondang dan kenamaan.


Enam tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya aku lulus wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Kini hampir tujuh tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini. Sama sekali tidak banyak perubahan pada rumah Tante Yus. Aku bayangkan pula si Vivi yang dulu masih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti kini sudah besar, kelas enam SD.

Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat. Masih sesaat tadi kudengar deru lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri suasana pedesaannya ini. Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke pintu samping. Sejenak aku mencari-cari dimana dulu Tante Yus meletakkan anak kuncinya. Tanganku segera meraba-raba ventilasi udara di atas pintu samping tersebut. Dapat. Aku segera membuka pintu dan menyelinap masuk ke dalam.

Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya. Hmm, baunya harum juga. Hanya remang-remang ruangan samping yang ada. Sepi. Aku terus saja melangkah ke lantai dua, yang merupakan letak kamar-kamar tidur keluarga. Aku dalam hati terus-menerus mengagumi figur Tante Yus. Walau hidup menjada, sebagai single parents, toh dia mampu mengurusi rumah besar karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya aku berdiri dengan lugunya. Aku hanya tersenyum.

Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Vivi sudah gelap. Aku terus melangkah ke kamar sebelahnya. Kamar tidur Tante Yus yang jelas sekali lampunya masih menyala terang. Rupanya pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hati-hati. Aku hanya melongo heran. Kamar ini kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungkin Tante Yus ada di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya ini. Sebentar aku menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket kulitku. Berikutnya kaos oblong Jogja serta celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini kian berkulit gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah kapal pesiar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar dan sehat.

Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-rambut bulu yang tumbuh lebat di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang sampai ke bawahnya, mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air. Ya aku hanya ingin merasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante Yus yang bisa hangat dan dingin itu.
Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu dari belakangku, "Andrew..? Kaukah itu..?"

Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yus yang agak berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan longgar warna putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang terlepas. Sehingga aku dapat melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar sekali dan sangat kencang, serta kenyal. Aku yakin, Tante Yus tidak memakai BH, jelas dari bayangan dua bulatan hitam yang samar-samar terlihat di ujung kedua buah dadanya itu. Rambutnya masih lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat kukunya yang merah muda.

"Ngg.., selamat malam Tante Yus... maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlibur di sini tanpa ngebel dulu. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak pernah datang kemari. Hanya lewat surat, telpon, kartu pos, e-mail.., sekali lagi, saya minta maaf Tante. Saya sangat merindukan Tante..!" ucapku sambil kubiarkan Tante Yus mendekatiku dengan wajah haru dan senangnya.
"Ouh Andrew... ouh..!" bisik Tante Yus sambil menubrukku dan memelukku erat-erat sambil membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.
Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasakan desakan puting-puting dua buah dadanya Tante Yus.

"Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm..? Tantemu ini melebihi kangennya kamu padaku. Ngerti nggak..? Gila kamu Andrew..!" imbuhnya sambil memandangi wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingkarkan pada leherku, sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya bercawat ini.
Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante Yus...
"Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante..."
"Tentu saja, kumaafkan.." sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap memandangiku, "Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak crew wanita yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu, hmm..?"
"Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, entah siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah..."
"Bayarannya..?" tanya Tante Yus cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante Yus yang merah.

Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yus untuk memelukku terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai merinding geli untuk bangkit berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yus menekanku. Tentu dia dapat merasakan perubahan kejadiannya.
"Aku... ngg..."
"Ahh, kamu Andrew. Tante sangat kangen padamu, hmm... ouh Andrew... hmm..!" sahut Tante Yus sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.
Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yus yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendasak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Yus. Nampaknya Tante Yus tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Yus merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi pada leher dan dadaku. Kini dengan liar Tante Yus menarik cawatku ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka itu. Tentu saja, batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung memukul wajahnya yang cantik jelita.

"Ouh, gila benar. Tititmu sangat besar dan kekar, An. Ouh... hmmm..!" seru bergairah Tante Yus sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ganas.
Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-ngerang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya. Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara diam-diam di tempat kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh besar dan panjang. Terakhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 sentimeter dengan garis lingkarnya yang hampir 20 senti. Rambut kemaluan sengaja kurapikan.

Tante Yus terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluanku. Remasan pada buah kemaluanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya Tante Yus kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluanku ini ke seluruh permukaan wajahnya. Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan memegangi kepala Tante Yus, aku menikam-nikamkan batang kejantananku pada mulut Tante Yus. Tidak karuan lagi, Tante Yus jadi tersendak-sendak ingin muntah atau batuk. Air matanya malah telah menetes, karena batang kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya.

Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Keringat benar-benar telah membasahi kedua tubuh kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini. Dengan ganas, kedua tangan Tante Yus kini mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan genggamannya yang sangat erat sekali. Tetapi karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yus, kini jadi licin dan mempercepat proses ejakulasiku.
"Crooot... cret.. croot... creeet..!" menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus.
Saat spremaku muncrat, Tante Yus dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kembali ke dalam mulutnya sambil mengurut-ngurutnya, sehingga sisa-sisa air maniku keluar semua dan ditelan habis oleh Tante Yus.

"Ouhh... ouh.. auh Tante... ouh..!" gumamku merasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh Tante Yus.
"Hmmm... Andrew... ouh, banyak sekali air maninya. Hmmm.., lezaat sekali. Lezat. Ouh... hmmm..!" bisik Tante Yus menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan sisa-sisa air maninya.
Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yus masih mengocok-ngocok dan menjilatinya.
"Ayo, Andrew... kemarilah Sayang.., kemarilah Baby..!" pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.

Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Yus yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat. Vagina Tante Yus mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagiang liang vaginanya yang dalam. Berulang kali aku temukan kelentitnya lewat lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante Yus memang lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Yus yang menggairahkan ini. Tante Yus hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Yus terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menerik-narik daging kelentitnya.

"Ouh Andrew... lakukan sesukamu.. ouh.., lakukan, please..!" pintanya mengerang-erang deras.
Selang sepuluh menit kemuadian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya. Tetapi air susunya sama sekali tidak keluar, hanya puting-puting itu yang kini mengeras dan memanjang membengkak total. Di buah dadanya ini pula aku melukiskan cupanganku banyak sekali. Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Yus secara bergantian, kiri kanan. Aku kini tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku. Dengan bergegas, aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.

"Ooouhkk.. yeaaah... ayoo.. ayooo... genjot Andrew..!" teriak Tante Yus saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar mulut vaginanya.
Sambil menopang tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku semakin meningkatkan irama keluar masuk batang kemaluanku pada vagina Tante Yus. Wanita itu hanya berpegangan pada kedua tanganku yang sambil meremas-remas kedua buah dadanya.
"Blesep... sleeep... blesep..!" suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut.
Selang dua puluh menit puncak klimaks itu kucapai dengan sempurna, "Creeet... croot... creeet..!"
"Ouuuhhhkk.. aooouhkk... aaahhk..," seru Tante Yus menggelepar-gelepar lunglai.
"Tante... ouhhh..!" gumamku merasakan keletihanku yang sangat terasa di seluruh bagian tubuhku.
Dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagiana Tante Yus, kami jatuh tertidur. Tante Yus berada di atasku.

Karena kelelahanku yang sangat menguasai seluruh jaringan tubuhku, aku benar-benar mampu tertidur dengan pulas dan tenang. Entah sudah berapa lama aku tertidur pulas, yang jelas saat kubangun udara dingin segera menyergapku. Sial. Aku sadar, ini di desa dekat Merapi, tentu saja dingin. Tidak berapa lama jam dinding berdentang lima sampai enam kali. Jam enam pagi..! Dengan agak malas aku beranjak berdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yus ada di kamar ini. Sepi dan kosong. Dimana dia..? Aku terus mencoba ingin tahu. Dalam keadaan bugil ini, aku melangkah mendekati meja lampu. Secarik kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yustina.

Andrew sayang, Tante kudu buru-buru ke Jakarta pagi ini. Udah dijemput. Ada pameran di sana. Tolong jaga rumah dan Vivi. Ttd, Yustina.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Gila, setelah menikmati diriku, dia minggat. Tetapi tidak apa-apa, aku dapat beristirahat total di sini, ditemani Vivi. Eh, tapi dimana dia..? Aku segera mengambil selembar handuk putih kecil yang segera kulilitkan pada tubuh bawahku. Tanpa membuang waktu lagi aku segera menyusuri rumah, dari ruang ke ruang dari kamar ke kamar. Tetapi sosok bocah SD itu tidak kelihatan sama sekali. Aku hampir putus asa, tetapi mendadak aku mendengar suara gemericik air pancuran dari kamar mandi ruang tamu di depan sana. Vivi. Ya itu pasti dia. Aku segera memburu.

Kubuka pintu kamar tamu yang luas dan asri ini. Benar. Kulihat pintu kamar mandinya tidak ditutup, ada bayangan orang di situ yang sedang mandi sambil bernyanyi melagukan Westlife. Edan, anak SD nyanyinya begitu. Aku hanya tersenyum saja. Perlahan aku mendekati gawang pintu. Aku seketika hanya menelan ludahku sendiri. Vivi berdiri membelakangiku masih asyik bergoyang-goyang sambil menggosok seluruh tubuhnya yang telanjang bulat itu dengan sabun. Rambut panjangnya tumbuh lurus dan hitam sebatas pinggang. Berkulit kuning langsat dan nampaknya halus sekali. Kusadari dia telah tumbuh lebih dewasa.

Air shower masih menyiraminya dengan hangat. Pantatnya sungguh indah bergerak-gerak penuh gairah. Hanya aku belum lihat buah dadanya. Tanpa kuduga, Vivi membalikkan badannya. Aku yang melamun, seketika terkejut bukan main, takut dan khawatir membuatnya kaget lalu marah besar. Ternyata tidak.
"Mas..? Mas Andrew..?" bertanya Vivi tidak percaya dengan wajah senang bercampur kaget.
Aku hanya menghela nafas lega. Dapat kuperhatikan kini, buah dadanya Vivi telah tumbuh cukup besar. Puting-putingnya hitam memerah kelam dan tampak menonjol indah. Kira-kira buah dadanya ya, sekitar seperti tutup gelas itu. Seperti belum tumbuh, tetapi kok terlihat sudah memiliki daging menonjolnya. Sedangkan rambut kemaluannya sama sekali belum tumbuh. Masih bersih licin.

"Hai vivi, apa kabarnya..?" tanyaku mendekat.
Vivi hanya tersenyum, "Masih ingat ketika kita renang bersama di rumahku dulu..? Kita berdua kan..? Hmm..?" sambungku meraih bahunya.
Air terus menyirami tubuhnya, dan kini juga tubuhku. Vivi mengangguk ingat.
"Ya. Ngg.., bagaimana kalau kita mandi bareng lagi Mas. Vivi kangen... mas andrew.. ouh..!" ujarnya memeluk pinggangku.
Aku mengangkut tubuhnya yang setinggi dadaku ini dengan erat.
"Tentu saja, yuk..!"

Aku menurunkan Vivi.
"Kapan Mas datangnya..?"
"Tadi malam. Vivi lagi tidur ya..?"
"Hm.. Mh..!"
Aku melepas handukku yang kini basah. Saat kulepas handukku, Vivi tampak kaget melihat rambut kemaluanku yang tumbuh rapih. Segera saja tangannya menjamah buah kemaluan dan bantang kejantananku.
"Ouh.., Mas sudah punya rambut lebat ya. Vivi belum Mas..," ujarnya sambil memperhatikan vaginanya yang kecil.
Tentu saja aku jadi geli, batang kemaluanku diraba-raba dan ditimang-timang jemari tangan mungil Vivi yang nakal ini.

"Itu karena Vivi masih kecil. Nanti pasti juga memiliki rambut kemaluan. Hmm..?" ucapku sambil membelai wajahnya yang manis sekali.
Vivi hanya tersipu. Sialnya, aku kini jadi kian geli saat Vivi menarik-narik batang kejantananku dengan candanya.
"Ihhh.., kenyal sekali... ouh.., seperti belalai ya Mas..!"
Aku jadi terangsang. Gila.
"Belalai ini bisa akan jadi tumbuh besar dan panjang lho. Vivi mau lihat..?"
"Iya Mas.., gimana tuh..?"
"Vivi mesti mengulum, menghisap-hisap dan menyedotnya dengan kuat sekali batang zakar ini. Gimana..? Enak kok..!" kataku merayu dengan hati yang berdebar-debar kencang.
Vivi sejenak berpikir, lalu tanpa menoleh ke arahku lagi, dia memasukkan ujung batang kejantananku ke dalam mulutnya. Wow..! Gadis kecil ini langsung melakukan perintahku, lebih-lebih aku mengarahkan juga untuk mengocok-ngocok batang kemaluanku ini, Vivi menurut saja, dia malah kegirangan senang sekali. Dianggapnya batang ku adalah barang mainan baginya.

"Iya Mas. Tambah besar sekali dan panjang..!" serunya kembali melumat-lumatkan batang kejantananku dan mengocok keras batangnya.
Sekarang Vivi kuajari lagi untuk meremas buah kemaluanku. Aku membayangkan semua itu bahwa Tante Yus yang melakukan. Indah sekali sensasinya. Tetapi nyatanya aku tengah dipompa nafsu seksku dari bocah cilik ini. Edan, sepupuku lagi. Tetapi apa boleh buat. Aku lagi kebelet sekali kini. Yang ada hanyalah Vivi yang lugu dan bodoh tetapi mengasyikan sekali. Batang kejantananku kini benar-benar telah tumbuh sempurna keras dan panjangnya. Vivi kian senang. Aku kian tidak tahan.

"Teruskan Vi, teruskan... ya.., ya... lebih keras dan kenceng... lakukanlah Sayang..!" perintahku sambil mengerang-erang.
Setelah hampir lima belas menit kemudian, air maniku muncrat tepat di dalam mulut Vivi yang tengah menghisap batang kemaluanku.
"Creeet... crooot.. creet.. cret..!"
"Hup.. mhhhp..!" teriak kaget Vivi mau melepaskan batang kemaluanku.
Tetapi secepat itu pula dia kutahan untuk tetap memasukkan batang kemaluanku di dalam mulutnya.
"Telan semua spermanya Vi. Itu namanya sperma. Enak sekali kok, bergizi tinggi. Telan semuanya, ya.. yaaa... begitu... terus bersihkan sisa-sisanya dari batangnya Mas..!" perintahku yang dituruti dengan sedikit enggan.
Tetapi lama kelamaan Vivi tampak keasyikan mencari-cari sisa air maniku.
"Enak sekali Mas. Tapi kental dan baunya, hmm.., seperti air tajin saat Mama nanak nasi..! Enak pokoknya..! Lagi dong Mas, keluarkan spermanya..!"
Gila. Gila betul. Aku masih mencoba mengatur jalannya nafasku, Vivi minta spermaku lagi..? Edan anak ini.

"Baik, tapi kini Vivi ikuti perintahku ya..! Nanti tambah asyik, tapi sakit. Gimana..?"
"Kalau enak dan asyik, mauh. Nggak papa sakit dikit. Tapi spermanya ada lagi khan..?"
Aku mengangguk. Vivi mulai kubaringkan sambil kubuka kedua belahan pahanya yang mulus itu untuk melingkari di pinggangku. Vivi memperhatikan saja. Air dari shower masih mengucuri kami dengan dingin setelah tadi sempat kuganti ke arah cool.
"Auuuh, aduh.. Mas..!" teriak vivi kaget saat aku memasukkan batang kejantananku ke dalam liang vaginanya yang jelas-jelas sangat sempit itu.
Tetapi aku tidak perduli lagi. Kukocok vagina Vivi dengan deras dan kencang sambil kuremas-remas buah dadanya yang kecil, serta menarik-narik puting-puting buah dadanya dengan gemas sekali. Vivi semakin menjerit-jerit kesakitan dan tubuhnya semakin menggerinjal-gerinjal hebat.
"Sakiiit.. auuuh Mas.., Mas hentikan saja... sakiiit, perih sekali Mas, periiihhh... ouuuh akkkh... aouuuhkkk..!" menjerit-jerit mulut manisnya itu yang segera saja kuredam dengan melumat-lumat mulutnya.

"Blesep.. blesep... slebb..!" suara persetubuhkan kami kian indah dengan siraman shower di atas kami.
Aku semakin edan dan garang. Gerakan tubuhku semakin kencang dan cepat. Dapat kurasakan gesekan batang kemaluanku yang berukuran raksasa ini mengocok liang vaginan Vivi yang super rapat sempitnya. Dari posisi ini, aku ganti dengan posisi Vivi yang menungging, aku menyodok vaginanya dari belakang. Lalu ke posisi dia kupangku, sedangkan aku yang bergerak mengguncangkan tubuhnya naik, lalu kuterima dengan menikam ke atas menyambut vaginanya yang melelehkan darah.

"Tidak Masss... ouh sakit.. uhhk... huuuk... ouhhh... sakiiit..!" tangisnya sejadi-jadinya.
Tetapi aku tidak perduli, sepuluh posisi kucobakan pada tubuh bugil mungil Vivi. Bahkan Vivi nyaris pingsan. Tetapi disaat gadis itu hendak pingsan, puncak ejakulasiku datang.
"Creeet... crooot.. sreeet... crreeet..!" muncratnya air mani yang memenuhi liang vaginanya Vivi bercampur dengan darahnya.
Vivi jatuh pingsan. Aku hanya mengatur nafasku saja yang tidak karuan. Lemas. Vivi pingsan saat aku memasangkan kembali batang kemaluanku ke posisi dia, kugendong di depan dengan dadanya merapat pada dadaku. Pelan-pelan kujatuh menggelosor ke bawah dengan batang kemaluanku yang masih menancap erat di vaginanya.

Itulah pengalamanku dengan Tante Yus dan putrinya Vivi yang keduanya memang binal itu. Teriring salam untuk Vivi.

Ipar kakakku

Aku tinggal bersama kakakku dan suaminya. Mereka berdua belum punya anak dan sering pergi untuk mengerjakan urusan bisnisnya masing2. Pokoknya orang2 yang terkategori super sibuk lah. Suatu waktu mereka bersama akan ke Singapore selama seminggu, bersamaan dengan itu ipar kakakku, adik suaminya, datang menginap dirumah. Dia, mas Arman, tinggal dikota lain dan sedang tugas di Jakarta, sehingga tinggal dirumah abangnya. Pagi itu, setelah kakakku dan suaminya berangkat ke airport, aku menyediakan makan pagi untukku dan mas Arman. Setelah siap aku memanggil mas Arman, "Mas, sarapan mas.". Aku memanggilnya sembari mendorong pintu kamarnya, ternyata dia masih tidur dengan hanya memakai cd. Napsuku langsung timbul melihat pemandangan indah, tubuh yang kekar dan toketnya yang bidang hanya dibalut sepotong cd dimana terlihat jelas kontolnya besar dan panjang tercetak dengan jelas di cdnya. Kayaknya kontolnya dah tegang berat. Karena pintu kamar berbunyi ketika aku buka, tiba2 mas Arman membuka matanya, memandangku yang sedang terkagum2 melihat bodi dan kontolnya. "Kenapa Nes?', tanyanya sambil senyum2. Dia tau bahwa aku sedang mengagumi bodi dan juga kontolnya. Aku jadi tersipu malu. "Sarapan dulu mas, ntar dingin", kataku sambil keluar kamar. Lama kutunggu tapi dia gak keluar juga dari kamar, sementara itu napsuku makin berkobar membayangkan kontolnya yang besar dan panjang itu. "Mas", panggilku lagi, tapi tetap gak ada jawaban. Aku kembali ke kamarnya.

Dia rupanya sedang telentang sambil mengusap2 kontolnya dari luar cdnya. Ketika dia melihat aku ada dipintu kamar, sengaja dia pelan2 menurunkan cdnya sehingga nongollah kontolnya yang besar mengacung dengan gagahnya. Aku terbelalak ngeliat kontol segede itu. "Kamu pengen ngerasain kontolku ya Nes", katanya terus terang. "Belum pernah ya ngerasain kontol segede aku punya. Aku juga napsu ngeliat kamu Nes, bodi kamu merangsang banget deh". Dia bangun dalam keadaan telanjang bulat menuju ke tempat aku berdiri. Kontolnya yang tegang berat berayun2 seirama jalannya. DIa segera memelukku dan menarikku ke ranjang, dirumah memang gak ada siapa2 lagi. Dasterku segera dilepaskannya, begitu juga bra dan cdku. Dia meneguk liur memandangi tubuh telanjang ku yang mulus, toket yang besar dengan pentil yang dah mengeras dan jembutku yang lebat menutupi nonokku dibawah sana. Kemudian dia mencium serta mengulum bibirku. Aku balas memeluknya. Bibirku digigitnya pelan pelan, bibirnya turun terus menciumi seluruh lekuk tubuhku mulai dari leher terus kebawah kepentilku, dikulumnya pentilku yang sudah mengeras, aku merintih rintih karena nikmat. Aku menekan kepalanya ke toketku sehingga wajahnya terbenam di toketku. Dia terus menjelajahi tubuhku, dijilatinya pelan dari bagian bawah toketku sampe ke puser. Aku makin mendesis2, apalagi ketika jilatannya sampe ke nonokku yang berjembut tebal. Dia menjilati jembutku dulu sampe jembutku menjadi basah kuyup, pelan pelan jilatannya mulai menyusuri bibir nonokku terus ke itilku. Ketika lidahnya menyentuh itilku, aku terlonjak kegelian. Dia menahan kakiku dan pelan2 dikuakkannya pahaku sehingga kepalanya tepat berada diantara pahaku. Lidahnya menyusupi nonokku dan menjilati itilku yang makin membengkak. Nonokku berlendir, dia menjilati lendir yang keluar. Aku gak tahan lagi, aku mengejan dengan suara serak, tanganku mencengkeram seprei dan kakiku menjepit kepalanya yang ada diselangkanganku. Aku yampe. "Mas, nikmat banget deh, padahal belum dientot ya", kataku mendesah.


Mas Arman diam saja, dan berbaring telentang. "Kamu diatas ya Nes, biar masuknya dalem", ajaknya. Aku mulai mengambil posisi berjongkok tepat diantara kontolnya yang sudah tegang berat. "Aku masukkin kontolku ke nonok kamu ya Nes", katanya sambil mengarahkan kontolnya menyentuh bibir nonokku. Dia tidak masuk menekankan kontolnya masuk ke nonokku tapi
digesek2kan di bibir nonokku yang berlendir sehingga kepalanya yang besar itu basah dan mengkilap.Aku terbuai, dengan mata terpejam aku mendesah2 saking napsunya, "Mas, masukin dong." Aku mulai menekan kepala kontolnya yang sudah pas berada di mulut nonokku. Pelan2 kontolnya menyusup kedalam nonokku, "Akh mas, gede banget", erangku. "Apanya yang besar Nes", dia memancing reaksiku. "Punyanya maass..!!" "..Apa namanya..?" dia memancing lagi, aku langsung aja menjawab, "kontol mas, besar sekali". Dengan sekali hentakan keatas kontolnya menyeruak masuk nonokku. "Ooh mas, pelan2 mas", aku mendesah lirih. Mataku terbeliak, mulutku terbuka, tanganku mencengkeranm seprei kuat2. Bibir nonokku sampe terkuak lebar seakan tidak muat untuk menelan kontol besarnya. "Nonok kamu sempit sekali Nes", jawabnya. Aku mulai berirama menaik turunkan pantatku, kontolnya masuk merojok nonokku tahap demi tahap sehingga akhirnya ambles semuanya. Pelan2 dia ikut bergoyang menarik ulur kontol besarnya. Aku mulai merasa sensasi yang luar biasa nikmatnya. Nonokku yang sudah licin terasa penuh sesak kemasukan kontolnya yang besar, kontolnya terasa banget menggesek nonokku yang sudah basah berlendir itu. "Mas, enak banget mas, terus mas", erangku. "Terus diapain Nes", jawabnya menggoda aku lagi. "Terus entotin nonok Ines mas", jawabku to the point. "Entotin pake kontol gede mas". Enjotannya dari bawah makin menggebu sehingga aku makin menggeliat2. Aku memeluknya dan mencium bibirnya dengan garesif, dia menyambut ciumanku. Nafasku memburu kencang, lidahku saling mengait dengan lidahnya, saling menyedot. Kemudian dia menggulingkan aku sehingga aku dibawah, dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Aku mengangkangkan pahaku lebar2, supaya dia lebih mudah menyodokan kontolnya keluar masuk. Keluar masuknya kontolnya sampe menimbulkan suara berdecak2 yang seirama dengan keluar masuknya kontolnya, karena basahnya nonokku. "Mas, enak sekali kontolmu mas, entotin nonok Ines yang cepet mas, nikmat banget", desahku. "Ooh nonok kamu sempit banget Nes, terasa banget sedotannya. Nikmat banget deh", jawabnya sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku. Enjotannya makin ganas, pentilku diemut2nya. Aku menggelinjang kenikmatan, toket kubusungkan dan kugerak2kan kekiri kekanan supaya 2 pentilku mendapat giliran diemut, "Ssh, mas, nikmat banget ngentot ama mas, pentil Ines dikenyot terus mas", erangku lagi. "Ines bisa ketagihan dientot ama mas. Ooh mas, Ines gak tahan lagi mas, mau nyampeee". Aku mengejang sambil memeluk tubuhnya erat2, sambil menikmati kenikmatan yang melanda tubuhku, luar biasa rasanya. "Nes, aku masih pengen ngentotin nonok kamu yang lama. Kamu bisa nyampe lagi berkali2", katanya sambil terus mengenjotkan kontolnya.

Mas Arman minta ganti posisi, aku disuruhnya nungging dan nonokku dientot dari belakang, nonokku terasa berdenyut menyambut masuknya kontolnya. Aku memutar2 pantatku mengiringi enjotan kontolnya, kalo dia mengenjotkan kontolnya masuk aku menyambutnya dengan mendorong pantatku dengan keras ke belakang sehingga kontol besarnya masuk dalem sekali ke nonokku. "Ooh nikmatnya mas, dientot dari belakang. Kerasa banget geseken kontol mas di nonok Ines". Jarinya mengilik2 itilku sambil terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk. " Uuh mas, nikmat banget mas, terus mainin itil Ines mas sambil ngenjot nonok Ines", erangku saking nikmatnya. Jarinya terus menekan itilku sambil diputar2, aku mencengkeram seprei erat sekali. Pantat makin kutunggingkan keatas supaya enjotannya makin terasa. Dia memegangi pinggangku sambil mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. "Mas, nikmat banget mas, Ines udah gak tahan neh, mau nyampe lagiii", aku menjadi histeris ketika nyampe untuk kedua kalinya, lebih nikmat dari yang pertama. Diapun mencabut kontolnya dari nonokku dan berbaring disebelahku. "Mas. belum ngecret kok dicabut kontolnya", tanyaku. "Ines masih mau kok mas dientot lagi, biar bisa nyampe lagi". Dia setengah bangun dan membelai rambutku, "Kamu masih bisa nyampe lagi kok Nes"."Ines mau kok dientot mas seharian, kan Ines bisa nyampe terus2an, nikmat banget deh mas".

Istirahat sebentar, mas Arman kembali menaiki aku lagi, secara perlahan tapi pasti dia pun memasukkan kontolnya ke dalam nonokku. Aku mendesah dan merintih, ketika dia mengenjotkan kontolnya sampe ambles semua aku kembali menjerit, "Aaaaaaahhhh , Maaaassssssss ..". kontolnya dinaikturunkan dengan cepat, akupun mengimbanginya dengan gerakan pantatku yang sebaliknya. Bibirnya bermain di pentilku, sesekali dia menciumi ketekku, bau keringatnya merangsang katanya. Aku memeluknya dan mengelus2 punggungnya sambil menjerit dan mendesah karena nikmat banget rasanya, "Aah mas, nikmatnya. Terus mas, tekan yang keras, aah". Dia meremas2 toketku dengan gemas menambah nikmat buatku. Dia terus mengocok nonokku dengan kontolnya, aku menjadi makin histeris dan berteriak2 kenikmatan. Tiba2 dia mencabut kontolnya dari nonokku, aku protes, "Kok dicabut lagi mas, Ines belum nyampe mas, dimasukin lagi dong kontolnya". Tapi dia segera menelungkup diatas nonokku dan mulai menjilati bagian dalam pahaku, kemudian nonokku dan terakhir itilku. "Mas, diapa2in sama mas nikmat ya mas, terus isep itil Ines mas, aah", erangku. Dia memutar badannya dan menyodorkan kontolnya ke mulutku. Kontolnya kujilati dan kukenyot2, dia mengerang tapi tidak melepaskan menjilati nonokku yang dipenuhi lendir itu. "Nes, aku dah mau ngecret neh", katanya sambil mencabut kontolnya dari mulutku dan segera dimasukkan kembali ke nonokku. Dia mulai mengenjot nonokku dengan cepat dan keras, aku rasanya juga sudah mau nyampe lagi, goyangan pantatku menjadi makin liar sambil mendesah2 kenikmatan. Akhirnya dia mengenjotkan kontolnya dalam2 di nonokku dan terasa semburan pejunya yang hangat didalam nonokku, banyak sekali ngecretnya, bersamaan dengan ngecretnya akupun nyampe lagi. Aku memeluk tubuhnya erat2, demikian pula dia. "Mas, nikmat banget deh masss", erangku. Aku terkulai lemes dan bermandikan keringat. Dia kemudian mencabut kontolnya dan berbaring disebelahku.

Tak lama kemudian, kita bangun dan membersihkan badan di kamar mandi. Tidak ada aktivitas lanjutan di kamar mandi karena mas Arman harus melakukan tugasnya pagi ini. Selesai membersihkan badan, kita sarapan, kemudian mas Arman pergi, akupun melakukan aktivitas harianku. Sorenya ketika aku pulang ke rumah, mas Arman belum kembali, biasanya memang dia pulangnya malam. Akupun mandi, menyiapkan makan malam untukku sendiri, kemudian kusantap sambil nonton tv. Sepi juga rasanya setelah tadi pagi menreguk kenikmatan dengan mas Arman. Aku bersantai sambil nonton tv sampai kantuk datang menyerang. TV kumatikan dan aku masuk kamarku, rebahan diranjang dan tak lama kemudian aku tertidur. Tidak tau berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena toketku terasa ada yang meremas2. Aku membuka mata, kulihat mas Arman tersenyum melihatku, "Nes, ngelanjutin yang tadi pagi mau enggak". Dia sudah bertelanjang bulat berbaring disebelahku. Kontol besarnya sudah ngaceng sempurna. Tanpa menunggu jawabkanku, segera aku ditelanjanginya, bibirku diciuminya sambil meremas2 toketku yang sudah mulai mengeras, pentilku di pilin2nya, aku hanya bisa ber ah uh karena rangsangan yang luar biasa itu. Aku malah mengimbangi ciuman ganasnya. Pentilku langsung diserbunya, diemut2nya dengan rakusnya sehingga pentilku langsung mengeras, sementara itu toketku terus saja diremas2nya. Puas mengemut pentilku, jilatan lidahnya turun ke arah perutku, terus ke bawah lagi dan mampir di nonokku. Lidahnya segera membelah bibir nonokku dan menjilati itilku, aku mengangkangkan pahaku sehingga mempermudah dia menggarap itilku. Aku mulai mengerang2 saking nikmatnya yang melanda tubuhku. "Aasshhg.. hngghh.. ssshhhg.." badanku melintir, bergeliat-geliat oleh kilikan jilatan di itilku. Dia makin bersemangat karena eranganku. Tiba2 dia melepaskan jilatnnya, segera menaiki tubuhku yang sudah telentang pasrah, siap untuk dienjot, dia membasahi kepala kontolnya dengan ludahnya kemudian ditempelkan ke bibir nonokku dan langsung ditusuk masuk. "Hhgghh.." sekali lagi aku mengejang kali ini oleh sodokan kontolnya. Tapi karena sudah cukup siap, dengan mudahnya dia menancapkan kontolnya ke dalam nonokku. Aku menggelepar ketika menyambut masuknya kontolnya yang cepat amblas ke dalam nonokku. Begitu tertanam didalam, kontolnya dienjotkan keluar masuk pelan2. Terasa banget kontolnya yang besar menyeruak masuk mengisi lobang nonokku yang terdalam. "Hhsssh, dalemm bangett mas", spontan keluar eranganku, "nikmat banget rasanya". Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, aku merangkul lehernya dan kedua kakiku membelit pahanya. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya keluar masuk sehingga aku makin menggeliat saking nikmatnya. "Mas, ennakk. Duhh dalem bangett masuknya mas. Aaa.. dikorek-korek gitu Ines pengenn kluarr. Ayyo mas..adduuh", erangku gak karuan. ".. Iyya ayyo aaahhgh.. ssshgh.. hghrf.. ennaak nonokmu Nes, aku juga mo ngecret .. sshmmmh.." "Hhsss.. aduuhh tobatt mas.. hahgh ooghh.. kontolnya masuk dalem sekali mas, gedee sekalli, aduuh.. mas. lebih nikmat dari tadi pagi deh." Kontolnya makin dipompa keras2, nikmat banget rasanya. "Heg.. yaang kerass mas.. shh, iya gittu..aduh..ssshgh.. heehh.. ayyo.. ayoo mas.. aaahgh.. sshgh. Ines udah mo nyampe.. aduhh.. hghshh.. hrrgh.." Dia meremas2 toketku, sampai akhirnya akupun nyampe. Dadaku membusung, seolah-olah tubuhku terangkat-angkat oleh tarikannya yang meremasi kedua toketku. Tapi menjelang tiba di saat dia ngecret, dia mencabut kontolnya dan langsung tegak berlutut sambil menarik kedua lenganku sehingga aku ikut bangun terduduk. Dia menekan kepalaku ke arah kontolku yang tegang mengangguk2 berlumuran cairan nonokku. '"Ayo Nes isepin sampe ngecret." Tanpa ragu-ragu aku langsung mencaplok dan mengocok kontolnya dengan mulutku. Tidak bisa semua, hanya tertampung kepalanya saja dimulutku, tapi ini sudah cukup membuat dia ngecret di mulutku. Aku agak tersedak karena semprotan pejunya yang tiba2, dia terus menekan kepalaku supaya tidak melepaskan kulumanku sehingga pejunya tertelan olehku. Setelah keluar semua, aku melepas mulutku, langsung meringis. "Kenapa Nes, nggak enak ya rasanya?" tanyanya geli. "Asin rasanya mas.." jawabku ikut geli. "Emang enak sih dikeluarin pake mulut?" kataku sambil bergerak bangun untuk ke kamar mandi mencuci bekas-bekas permainan ini. "Oo.. sama kamu sih pasti enak aja." jawabnya sambil ikut bangun menyusulku.

Di kamar mandi, mas Arman memelukku dari belakang, aku belum sempet bebersih ketika tangannya mulai meremas toketku, pentilnya diplintir2 sambil menciumi kudukku. Aku menggelinjang kegelian. Aku mencari kontolnya, astaga, sudah mulai ngaceng lagi rupanya. Kuat banget dia, baru aja ngecret di mulutku sudah mulai ngaceng lagi. "Kuat banget sih mas, baru Ines emut sampe ngecret udah ngaceng lagi", kataku. "Iya tadi kan ngecret dimulut kamu, sekarang pengen ngecret lagi di nonok kamu", jawabnya sambil terus meremesi toketku. Leherku terus saja diciumi, dijilati dengan penuh napsu. Akupun tidak tinggal diam, kontolnya yang makin keras aku remes dan kocok2 biar sempurna ngacengnya. "Mas, Ines isep lagi ya", kataku sambil jongkok di depannya. Ujung kontolnya kujilati dan kemudian giliran kepala kontolnya, terus ke pangkalnya, kemudian ke biji pelernya. Dia mengangkat kaki kanannya supaya aku mudah menjilati kontolnya. Kemudian jilatanku naik lagi keatas, dan kepalanya langsung kukulum. Kepalaku mengangguk2 seiring keluar masuknya kontolnya dimulutku, sambil ngisep, biji pelernya aku elus2. "AAh Nes, nikmat banget deh", erangnya. Dia memegang rambutku dan mendorong kontolnya keluar masuk mulutku dengan pelan. Sepertinya dia udah tidak tahan lagi, aku diseretnya keluar kamar mandi dan ditelentangkan di ranjang. Pentilku menjadi sasaran jilatannya, jilatan berubah menjadi emutan, bergantian pentil kiri dan kanan. kemudian jilatannya turun ke perut, kemudian ke pusar sampe akhirnya ke jembutku. Jarinya mulai mengelus bibir nonokku, kemudian jilatannya mulai menjelajahi nonokku yang sudah basah kembali. Jilatannya tidak langsung ke itilku tapi berputar2 sekitar nonokku. Ke daerah paha, terus kedaerah pantat dan naik lagi. "Mas, nakal ih", desahku, napsu sudah kembali menguasaiku. Jilatannya diarahkan ke itilku sambil memasukkan jarinya ke nonokku. Dia menggerakkan jarinya keluar masuk nonokku. "Maas", desahku saking napsunya. pinggulku menggeliat kekiri kekanan.

Akhirnya sampailah saat yang kutunggu2, mas Arman menaiki badanku, ditindihnya aku, kontolnya diarahkan ke nonokku yang sudah basah banget. Kepalanya diusap2kan dibibir nonokku. Aku mengangkat pantatku ke atas sehingga bless masuklah kepala kontolnya membelah nonokku. Dia mulai mengeluar masukkan kontolnya ke nonokku, pelan2, makin lama makin cepat, sampe akhirnya dengan satu enjotan yang keras, seluruh kontolnya nancep dalem sekali di nonokku. "Maas, nikmat sekali", jeritku. Aku menggelinjang makin gak beraturan seiring dengan enjotan kontolnya keluar masuk nonokku dengan cepat dan keras. Kakiku menjepit pinggulnya, kemudian diletakkan di pundaknya, dia pada posisi berlutut, makin terasa gesekan kontolnya ke dinding nonokku, nikmat banget. Nonokku mulai berdenyut2 meremes2 kontolnya yang terus bergerak lincah keluar masuk. "Mas, Ines udah mau nyampe nih, terus enjot yang keras mas, aah", erangku lagi. Dia makin semangat mengenjot nonokku. Tiba2 dia berhenti dan mencabut kontolnya, "Maas", protesku. Ternyata dia pengen ganti posisi. Aku disuruhnya nungging dan kembali kontolnya melesak masuk nonokku dari belakang, doggie style. pantatku dipeganginya sementara dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk. Toketku yang berguncang2 seirama dengan enjotan kontolnya diraihnya, diremes2nya, pentilnya diplintir2, menambah kenikmatan yang sedang mendera tubuhku. "Terus maas", erangku lagi, aku mencengkeram seprei dengan kuat saking nikmatnya. Aku memaju mundurkan badanku supaya kontolnya nancep dalem sekali di nonokku, sampe akhirnya, "Terus maas, Ines nyampe lagiii". Dinding nonokku berdenyut2 mengiringi sampenya aku, dia terus saja mengenjot nonokku dengan cepat. Aku nelungkup, capai banget rasanya meladeni napsunya. Dia membaringkan dirinya, kontolnya masih tegak berdiri berlumuran cairan nonokku. "Nes, kamu yang diatas ya, aku belum keluar neh", pintanya.

Aku menempatkan diriku diatasnya, kontolnya kupegang dan langsung kutancapkan ke nonokku, badan kutekan kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semua di nonokku. Aku mulai menggoyang pinggulku, kekiri kekanan, maju mundur, berputar2. biar cape, tapi nikmat banget rasanya gesekan kontolnya ke nonokku. Toketku diremes2nya sambil memlintir2 pentilnya. Aku merubah gerakanku menjadi keatas kebawah mengocok kontolnya dengan nonokku. "Mas, nikmat banget deh", erangku. Akhirnya aku tidak bisa menahan diriku lebih lama lagi, aku ambruk didadanya karena nyampe untuk kesekian kalinya. "Mas, belum mau ngecret ya, Ines lemes mas", desahku. "Tapi nikmat kan", jawabnya. "Nikmat banget mas". Dia berguling tanpa mencabut kontolnya dari nonokku sehingga sekarang dia ada diatasku. dia mulai lagi mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku. "Nes, aku udah mau ngecret, erangnya sambil mempercepat enjotannya. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, sampe akhirnya, "Nes", erangnya. terasa sekali semburan pejunya membanjiri nonokku. Kami berdua terkulai lemas.

Hal itu kita ulangi berkali2 selama dia tinggal dirumah kakakku, setelah kakakku kembalipun kita masih tetap melakukannya, sampai dia menyelesaikan tugasnya dan kembali ke kotanya.

BH Hitam Tante Wike

Aku sedang tidur ketika HPku berdering. Suara yang tak asing terdengar ditelingaku. Rupanya tante Wike ada di Ykt. Katanya sich ada tugas kantor dengan teman-temannya dan aku diminta datang kehotel *** tempat mereka menginap. Sambil jalan aku membayangkan sosok tante Wike. Dia adik ibuku yang berusia 39 tahun. Kulitnya kuning langsat dengan tinggi 175 cm, tubuhnya ramping dan seksi. Dadanya dihiasi oleh sepasang payudara yang indah dan besar. Waktu kecil dulu aku sering mengintip dada tante Wike dan kalau onani sering membayangkan dadanya itu. Kalau membandingkannya dengan artis, tante Wike mirip Vina Panduwinata.


Sesampai di hotel aku diperkenalkan dengan 2 teman tante Wike, Pak Bondan(46) dan Bu Shinta(37). Mereka memintaku menjadi penunjuk jalan selama mereka di Ykt, dan aku menyanggupinya. Setelah itu kami berkeliling kota sampai jam 21:47. Karna sudah malam tante Wike meminta aku menginap dikamarnya saja. Kesempatan batinku, dari tadi aku sudah gatal melihat payudara tante Wike dibalik baju tang top biru yang ketat. Aku tak ingat lagi kalau dia tanteku, yang penting hasratku tersalurkan pikirku.

Setelah masuk kamar tante Wike pergi mandi, aku langsung memikirkan cara bagaimana agar aku bisa menikmati tubuh tante Wike yang tetap seksi walau telah memiliki 2 anak. Saat dia keluar aku menelan ludah, dengan celana pendek ketat sampai diatas lutut dan baju kaos putih tanpa lengan benar-benar memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya yang sempurna. Saat tante Wike lewat didepanku tercium wangi sabun dari tubuhnya, saat ia hendak mengeringkan rambutnya terlihat BH hitam kesukaanku dari balik ketiak tante Wike.

Aku jadi gelap mata. Begitu tante Wike membelakangiku, langsung kurangkul dia. Bibirku menyedot lehernya, sementara tanganku yang satu meremas sepasang payudara dan yang satu lagi bermain diselangkangan dan paha tante Wike. Hanya sebentar ia meronta setelah itu tubuh tante Wike menjadi tenang.
“Izinkan aku merasakan tubuh tante yang indah ini ya?Desahku di kuping tante Wike.
“Gimana Ndra? Tapi sekali ini aja ya Ndra.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berduaKata tante Wike. Aku mengangguk kecil tanda bersedia.

Tante Wike lalu mencopot bajunya dan terlihatlah buah dadanya yang putih mulus terbungkus BH hitam, aku diam memperhatikan, birahiku mulai naik. Lalu tante Wike mencopot celana ketatnya terlihat paha mulus yang kugerayangi tadi. Saat ia hendak melepas tali BH aku cegah. Dengan lembut tanganku kebelakang pundak tante Wike membuka kaitnya lalu memelorotkan BH itu sambil menggesek puting susunya. Sepasang payudara berukuran 36 B terlihat sangat indah dipadu dengan puting susunya yang mencuat kedepan.

Tante Wike lalu mencopot celana dan CD hitamnya. Dan kini ia telah telanjang bulat, penisku terasa tegang karna tak menyangka tubuh tante Wike seindah itu. Lalu ia naik keatas ranjang dan merebahkan badannya telentang. Aku begitu takjub, tubuh tanteku yang aduhai telanjang dan pasrah berbaring diranjang tepat dihadapanku.
“Ayo Ndra.. apa yang kamu tunggu, tante udah siap, jangan takut kalau belum pernah nanti tante bantuKata tante Wike.
“Iya.. tolong ya tanteJawabku berbohong.

Segera aku melepas semua pakaianku karna sebenarnya aku juga sudah tak tahan. Kulihat tante Wike memperhatikan kejantananku yang berdenyut-denyut, lalu aku naik keatas ranjang dan memulainya. Langsung saja kukecup bibirnya, kulumat-lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, masih canggung pikirku, tapi tidak aku hiraukan terus aku lumat bibirnya. Sementara kuarahkan tanganku ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, lalu aku elus-elus dan remas buah dadanya sambil sesekali memelintir puting susunya.

“Ooh.. Ndra.. apa yang kau lakukan.. ergh.. sshh..Tante Wike mendesah tanda birahinya mulai naik, sesekali aku merasakan ia menelan ludah yang mulai mengental. Setelah puas dengan bibirnya, kini bibirku kuarahkan kebawah, aku ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum buah dada tante Wike. Sejenak aku pandangi buah dada yang kini berada tepat dihadapanku, ooh sungguh indahnya, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah laki-laki. Langsung aku jilati dari bawah lalu kearah putingnya, sementara buah dada kanannya tetap kuremas-remas sehingga tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghhTante Wike mendesah hebat ketika aku menggigit puting susunya.
Kulirik wajahnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit gigi bawahnya, kini jariku kuarahkan keselangkangannya. Disana kurasakan rambut yang tumbuh disekeliling vagina tante Wike. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu sudah sangat basah, tanda bahwa dia sudah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari kelentitnya. Kupermainkan jariku keluar-masuk didalam lubang vagina tante Wike yang semakin licin tersebut.

“Aarrgghh.. eenhh.. Ndra kam.. mu ngapain oohh..Kata tante Wike meracau nggak karuan, kakinya mengecak-ngecak sprei dan badannya menggeliat. Tak kuperdulikan kata-katanya, maka tubuh tante Wike makin menggelinjang dikuasai nafsu birahi. Kurasakn tubuh tante Wike menegang dan wajahnya memerah bercucuran keringat, aku pikir dia sudah mau klimaks. Kupercepat gerakan jariku didalam liang vaginanya.
“Oohh.. arghh.. oohh..kata tante Wike dengan nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba.

“Ooh..aahh..Tante Wike mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya tergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi lubang vaginanya.
“Oohh.. ohh.. emhh..Tante Wike mendesah-desah meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.
“Ndra apa yang kamu lakukan kok tante bisa kayak gini?Tanyanya padaku.
“Kenapa memangnya tante?Kataku sambil meremas payudaranya.
“Baru kali ini aku merasakan kenikmatan seperti ini, luar biasaKata tante Wike. Ia lalu bercerita kalau om Widya (suaminya) hanya sebentar saja jika bercumbu sehingga ia kurang puas.

“Sayang.. sekarang gilirankuBisikku ditelinganya, tante Wike mengangguk kecil.
Aku mulai mencumbunya lagi, kulakukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yang kulumat, lalu buah dadanya yang aku nikmati. Setelah kurasa cukup, kusejajarkan tubuhku diatas tubuhnya dan tante Wike tahu. ia lalu mengkangkangkan pahanya lalu kuarahkan batang kejantananku keliang senggamanya. Perlahan-lahan aku masukkan batang penisku dan aku nikmati. Batang kejantananku mudah saja memasuki liang senggamanya karna sudah sangat basah dan licin. Kini perlahan-lahan aku gerakkan pinggulku naik turun. ooh nikmatnya.

“Lebih cepat Ndra.. aarghh.. mmhhKata tante Wike terputus-putus dengan mata yang merem melek. Aku percepat gerakanku lalu terdengar suara berkecipak dari selangkangannya.
“Iya.. begitu.. aahh.. terr.. russ.. aarghh..kata tante Wike tak karuan.
Keringat kami berucuran menjadi satu, kulihat wajahnya semakin memerah.
“Ndra, tante mau.. enak lagi.. ohh.. ahh.. aahh ahh..Kata tante Wike sambil mendesah panjang, tubuhnya bergetar dan kurasakan vaginanya dipenuhi cairan hangat menyiram batang penisku.

Remasan dinding vaginanya begitu kuat, akupun mempercepat gerakanku dan.. croott.. akupun mencapai klimaks.. aahh.., kubiarkan air maniku keluar didalam liang senggama tante Wike. Kurasakan nikmat yang luar biasa, kupeluk tubuhnya erat-erat sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yang sesungguhnya. Setelah cukup menikmatinya kucabut penisku dan kubaringkan tubuhku disampingnya.

“Tante Wike, terima kasih ya..Kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Tante juga Ndra.. baru kali ini tante merasakan kenikmatn seperti ini, kamu hebatKata tante Wike lalu mengecup bibirku.
Kami berdua lalu tertidur karna kelelahan.

Sekitar jam 3 pagi aku terbangun. Setelah meminum segelas air aku memandangi tubuh telanjang tante Wike. Benar-benar menggairahkan sekali, kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya masih terjaga diusianya yang hampir berkepala 4 ini. Lalu aku mulai mencumbunya lagi, kali ini aku ingin menikmati dengan sepuas hatiku setiap inci tubuh tante Wike. Perlahan-lahan aku lumat bibir tante Wike dengan penuh kelembutan sampai ia mulai terbangun lagi.

Setelah tante Wike terbangun kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku didalam mulutnya. tante Wikepun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kami saling beradu, membuatku semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku beroperasi didadanya, kuremas-remas payudaranya yang kenyal mulai dari lembah sampai ke puncaknya lalu aku pelintir putingnya shingga ia menggeliat dan menggelinyang. Dua bukit kembar itu semakin mengeras. Ia menggigit bibirku saat kupelintir puting susunya.

Setelah aku puas dibibirnya, kini aku melumat dan mengulum payudaranya. Dengan sigap lidahku menari-nari diatas bukitnya yang putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas buah dadanya yang sebelah kanan. Kulihat mata tante Wike sangat redup, ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya mengeluarkan desahan erotis.
“Oohh.. aarghh.. en.. ennak Ndra, emmh..Kata tante Wike mendesah-desah.

Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya dan menyeret ke selangkangannya. Aku paham apa yang diinginkannya, ia ingin agar aku segera mempermainkan liang vaginanya. Jari-jariku pun segera bergerilya divaginanya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan kuelus-elus klentitnya yang membuat tante Wike semakin menggelinyang tak karuan.
“Ya.. terruss.. argghh.. eemmh.. enak.. oohh..Mulut tante Wike meracau.

Setiap kali tante Wike terasa mau mencapai klimaks, aku hentikan jariku menusuk vaginanya, setelah ia agak tenang, aku permainkan lagi liang senggamanya, kulakukan beberapa kali.
“Emhh Ndra.. ayo dong jangan gitu.. kau jahat oohh..Kata tante Wike memohon.
Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aku tidak akn membuatnya klimaks dengan jariku tapi dengan mulutku, aku ingin menerapkan hasil latihanku dengan Bu Denok dan Bu Atika.

Segera kuarahkan mulutku keselangkangannya. Kusibakkan rambut-rambut hitam yang mengelilingi vaginanya dan terlihatlah liang senggamanya yang merah dan mengkilap basah, sungguh indah. Segera aku jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.
“Ndra.. apa yang kamu lakukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..Kata tante Wike.
Aku tak perdulikan kata-katanya, lidahku terus menari-nari didalam liang senggamanya bahkan menjadi semakin liar tak karuan

Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan tubuhnya menggeliat tak karuan dan tak lama tubuhnya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkram sprei dan mulutku dipenuhi cairan yang keluar dari liang kewanitaannya.
“Ohmm.. emhh.. ennak Ndra.. aahh..Kata tante Wike ketika ia klimaks.
Setelah tante Wike selesai menikmati kenikmatan yang diperolehnya, aku mencumbunya lagi karna aku juga ingin mencapai kenikmatan. Kali ini posisiku dibawah tubuh tante Wike.

Aku tidur telentang dan tante Wike melangkah diatas batang penisku. Tangannya memegang batang kejantananku yang tegak perkasa, setelah menjilatinya lalu perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan vaginanya diarahkan ke batang penisku dan dalam sekejap bless burungku hilang ditelan liang kewanitaannya. Tante Wike lalu mulai melakukan gerakan naik turun, ia angkat pinggannya dan ketika sampai dikepala penisku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi kini ia mempercepat gerakannya.

Kulihat wajahnya penuh dengan keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat kearahku. Mulutnya mendesis-desis, sungguh seksi wajah wanita yang sedang dikuasai nafsu birahi dan sedang berusaha mencapai puncak kenikmatan. Wajah tante Wike terlihat sangat cantik seperti itu ditambah lagi rambut sebahunya yang terlihat acak-acakan terombang ambing gerakan kepaalanya. Payudaranya terguncang-guncang, lalu tanganku meremas-remasnya. Desahannya tembah keras katiak jari-jariku memelintir puting susunya.
“Oh emhh yaah.. oohh..Itulah kata-kata yang keluar dari mulut tante Wike.

“Tante nggak kuat lagi Ndra..Kata tante Wike sambil berhenti menggerakkan badannya.
Aku tahu ia segera mencapai klimaks, lalu aku rebahkan tubuh tante Wike dan kupompa liang senggamanya, tak lama tante Wike mencapai klimaks. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan tante Wike menikmati orgasmenya yang kesekian. Setelah itu kucabut batang penisku dan kusuruh tante Wike menungging lalu kumasukkan batang penisku dari belakang. Tante Wike terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yang kulakukan padanya. Ia hanya mendesah kenikmatan.

Setelah puas dengan posisi ini, aku suruh tante Wike rebahan lagi dan aku masukkan lagi batang kejantananku dan memompa vaginanya lagi, karna aku ingin mengakhirinya. Beberapa saat kemudia tante Wike ingin klimaks lagi, wajahnya memerah dan tubuhnya menggelinjang ke sana ke mari.
“Ahh.. oh.. tante mau enak lagi Ndra. arrghh ahh..kata tante Wike.
“Tunggu sayang, ki.. kita barengan.. aku juga sedikit lagi..desahku.
“Tante udah nggak tahan Ndra.. ahh..kata tante Wike mendesah panjang.

Lalu tubunya bergetar hebat, pinggulnya terangkat naik. caran hangat membasahi batang kejantananku. Cairan hangat menyirami batang penisku dan kurasakan dinding vaginanya seakan akan menyedot penisku begitu kuat dan akhirnya aku pun tidak kuat.. crott.. aku pun mencapai klimaks. Nikmatnya luar biasa. Lalu kami saling berpelukan erat meresapi kenikmatan yang merasuki kami berdua.
“Thanks tante Bisikku sambil memelintir puting susunya.

Setelah itu 3 malam berturut-turut aku memuaskan hasrat yang terpendam sejak aku kecil sampai tante Wike kembali pulang ke Smr.
“Kalau pulang.. jangan lupa kerumah yaBisiknya saat akan naik ke pesawat terbang di bandara.
Aku tersenyum penuh arti. Sebentar lagi aku akan pulang berlibur, aku sudah rindu dengan tante Wike yang aduhai.

Bibiku, Korbanku

Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Surabaya di sana aku tinggal di rumah Pamanku. Aku tinggal di sana karena paman dan bibiku yang sudah 4 tahun menikah belum juga punya anak, jadi kata mereka biar suasana rumahnya bertambah ramai dengan kehadiranku. Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga ada lapangan tenisnya, maklum pamanku adalah seorang pengusaha yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di sana juga ada 3 orang pembantu 2 cewek dan 1 cowok. Bibiku umurnya 31 tahun tapi masih cantik dan bodinya seperti gitar spanyol, wajahnya mirip Meriam Belina. Dan ke-2 pembantu cewek tersebut yang satu janda dan yang 1 sudah bersuami, sedang yang cowok berumur 20 tahun.


Suatu hari ketika kuliahku sedang libur, paman dan bibiku sedang keluar kota, pintu kamarku diketuk oleh Trisni si janda tsb, “Den Eric itu ada kiriman paket dari Jakarta. Lalu aku keluar dan menerima paket tsb. Karena tertarik kubuka isinya ternyata isinya alat-alat seks ada penis dari karet, ada oil pelumas dan juga ada 5 VCD. Waktu kubuka paket tersebut Trisni ada di sebelahku dan wajahnya memerah begitu tahu isinya.
“Wah ternyata Jeng Rini hot juga ya Den, celetuknya Rini adalah nama bibiku.
“Entahlah mungkin aja paman udah loyo, tapi gimana kalau nanti malam kita setel VCD ini mumpung yang punya lagi pergi.., kataku sambil mengamati wajahnya yang manis.
“Itu film apaan sih.
“Entahlah tapi nanti kita nontonnya berdua aja biar nggak dilaporkan ke paman ok

Malamnya jam 21.00 setelah semua tidur Trisni ke ruang tengah, dia memakai pakaian tidur yang tipis sehingga kelihatan CD dan BH-nya.
“Eh, apa semua sudah tidur, tanyaku.
“Sudah Den, jawabnya.
Lalu aku mulai menyetel itu film dan ternyata itu film pribadi bibiku, waktu itu Bibi dan paman sedang bercumbu dengan alat-alat seks tersebut, penis karet yang panjang itu menancap di vagina Bibi dan penis paman diisap oleh Bibi tapi anehnya penis paman tetap kecil.

“Eh kok yang main film Jeng Rini dan Den Budi?, gumannya setengah bertanya padaku.
“Wah kelihatanya paman itu impoten masa diisep begitu nggak berdiri, sahutku sambil aku mengeluarkan penisku.
“Nih wong aku yang lihat aja langsing berdiri kok.
“Ih, Aden jorok ah, sahut Trisni ketika penisku aku dekatkan ke wajahnya. Aku berusaha memasukkan penisku ke mulutnya dan dia hanya mau menciuminya mula-mula di sekitar batangnya lalu dia mulai menjilati kedua telurku, wah geli sekali dan dia mulai mengisap penisku pelan-pelan, ketika asyik-asyiknya tiba-tiba Erni pembantu yang satunya masuk ke ruang tengah dan dia terkejut ketika melihat adegan kami.

Kami berdua jadi berhenti sebentar, “Erni kamu jangan lapor ke Paman atau Bibi ya awas kalau lapor, ancamku.
“Iya Den, jawabnya sambil matanya melirik penisku yang masih berdiri tegak.
“Kamu di sini aja lihat film itu, sahutkku. Dia diam saja. Lalu tanganku melucuti semua baju Trisni dan dia diam saja. Kemudian dia kurebahkan di sofa panjang dan aku mulai menjilati vaginanya, ternyata vaginanya sudah sangat basah.
“Den, oh den nikmat.., rintihnya, aku melirik Erni dia dadanya naik turun melihat adegan kami.

Setelah Trisni puas, lalu aku berdiri dan kumasukkan penisku pelan-pelan. “Bles.., amblas semua batangku dan Trisni berteriak kenikmatan. Kupompa pelan-pelan vaginanya sambil menikmatinya, licin sekali rasanya.
“Sini daripada bengong aja mendingan kamu ikut, ayo sini, kataku pada Erni. Lalu dengan malu Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi Trisni kusuruh nungging dan kugarap dia dari belakang sehingga ke dua tanganku bergerilya di tubuh Erni. Ketika sampai di CD-nya ternyata CD-nya sudah basah semua. Aku ciumi mulutnya, lalu aku isap putingnya. Dia kelihatan sudah sangat terangsang. Aku menyuruhnya melepaskan semua pakaian yang di kenakan. Saat itu aku merasakan penisku tersiram oleh cairan hangat. Oh, dia sudah orgasme pikirku dan gerakan Trisnipun melemah. Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-pelan ke vagina Erni dan ternyata lebih nikmat punya Erni, lebih sempit lubangnya. Mungkin karena jarang bersetubuh dengan suaminya pikirku.

Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa vagina Erni itu bisa menyedot dan mengisap, seperti diremas-remas rasanya penisku.
“Uh nikmat banget sih kamu apain itu mem*kmu heh, kataku dan Erni cuma tersenyum, lalu kupompa dengan lebih semangat.
“Den ayo den lebih cepat nih, dan kelihatan bahwa Ernipun mencapai klimaks.
“Ih, ih, ih, hmm.. rintihnya. Lalu kudiamkan dulu penisku biar meraskan remasan vagina Erni, lalu kucabut dan Trisni langsung mendekat dan dikocoknya penisku dengan tangannya sambil diisap ujungnya, dan ganti Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depankku dan aku merasakan sudah mau keluar.
“Aku nggak tahan lagi nih, lalu Erni mengocok dengan cepat dan, “Crooot, crooot, crooot, crooot, keluar semua maniku empat kali semprotan dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan Trisni. Akupun terkulai lemas.

Selama sebulan lebih aku bergantian menyetubuhi mereka, kadang-kadang kami melakukannya bertiga. Dan pada hari itu paman memanggilku.
“Ric paman mau ke Singapore ada keperluan kurang lebih 2 minggu kamu di rumah saja nemanin Bibi kamu ya, kata pamanku.
“Iya deh aku nggak akan dolan-dolan, jawabku.
Bibi tersenyum padaku kelihatan senyumnya itu menyembunyikan sesuatu pikirku. Akupun sebenarnya ingin merasakan tubuh bibiku tapi karena tidak ada kesempatan selama ini aku tahan saja. Akhirnya aku punya kesempatan nih pikirku.

Malam harinya selesai makan malam dengan Bibi, aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah dan Bibi menghampiriku dia berkata, “Ric, waktu aku pergi sebulan yang lalu apa kamu nggak dapat paket?.
“Eh anu, aku nggak dapat kok, jawabku dengan gugup.
“Kamu bohong, ini buktinya, sambil dia menunjukkan penis karet tsb. Ternyata penis karet tersebut sudah jatuh ke tangan bibi, karena barang tersebut sebetulnya di minta oleh Trisni.

“Anu kok Bi, waktu itu memang aku terima tapi.
“Sudah kamu itu memang suka bohong ya lalu mana VCD-nya?.
“Aku simpan kok Bi buat aku setel jika aku kepingin, habis Bibi hot banget sih di film itu, jawabku.
“Dasar anak kurang ajar, wajahnya langsung memerah.
“Kan Bibi saja belum lihat itu film, ayo kamu ke kamar ambil itu VCD suruhnya, lalu aku ke kamar untuk mengambilnya.
“Ini Bi, tapi jika Eric pinjam lagi boleh kan Bi, kataku.
“Kamu jika ingin lihat lagi langsung saja nggak usah pakai di film segala.
“Ayo sini ke kamar Bibi nonton langsung saja jawab bibi.

Akupun langsung masuk ke kamar Bibi dan di kamar itu, “Sebentar aku mau ganti baju dulu, kata Bibi dan dengan enaknya Bibi telanjang di depanku. Aku yang sudah ereksi dari tadi langsung aku peluk Bibi dari belakang. Dan kubelai-belai payudaranya, dia diam saja lalu kupelintir putingnya dan dia kelihatan sudah mulai terangsang. Aku tahu bahwa puting dan clitoris bibiku tempat paling suka dicumbui. Aku mengetahui hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku satunya gerilya di daerah vaginanya.
“Eh Ric nikmat juga belaian kamu, katanya.

Lalu kubalik badan Bibi dan kamipun saling berciuman. Bibir bibi aku lumat dan.., wow, lidah bibiku menari-nari di mulutku. Lalu akupun disuruh telanjang oleh bibiku.
“Eh gedhe banget barang kamu Ric?, mungkin bibiku jarang melihat penisku yang berdiri tegak, habis pamanku impoten sih. Lalu dengan posisi 69 kami mulai bercumbu. Setelah puas langsung aku masukkan penisku ke dalam vaginanya “Bles, masuk semua batangku dan bibikupun berteriak keenakkan, aku goyang pinggulku, kelihatan bahwa bibiku hampir mencapai klimaks. Dia bertambah semangat ikut menggoyangnya, kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai di bawah ranjang dan kulihat dari kaca pinggul bibiku, aku jadi semakin terangsang dan kamipun keluar bersama-sama.

Bibi tersenyum puas, “Ric jangan kapok lho, pokoknya seminggu minim 4 kali harus dengan aku, Trisni dan Erni jangan kamu kasih lagi.
“Iya bi, jawabku dengan malu-malu.
Sejak kejadian malam itu aku semakin lengket dengan bibiku. hampir tiap malam aku mengulangi lagi perbuatan itu, apalagi pamanku berada di Singapore selama dua minggu. Selama itu pula aku bermain dengan bibiku bak pengantin baru.

Tante Stella ku

Kisah ini berlangsung ketika saya kuliah di suatu kota ternama di Jawa tengah sekitar tahun 1992. Sebagai mahasiswa pendatang, saya hidup sederhana, karena memang kiriman dari orangtua yang bekerja sebagai tentara terkadang kurang untuk memenuhi kebutuhan saya. Menurut teman-teman, saya termasuk pria simpatik, dengan kemampuan berpikir cemerlang, biasanya saya dipanggil Rudy.


Kurang dari 6 bulan saya belajar di kota ini, cukup banyak tawaran dari beberapa teman untuk memberikan les privat matematika dan IPA bagi adik-adik mereka yang masih duduk di sekolah lanjutan. Keberuntungan datang bertubi-tubi, bahkan tawaran datang dari bunga kampus kami, sebut saja Indah untuk memberikan les privat bagi adiknya yang masih duduk di kelas 2 SLTP swasta ternama di kota dimana saya kuliah.

Keluarga Indah adalah keluarga yang sangat harmonis, ayahnya bekerja sebagai kepala kantor perwakilan (Kakanwil) salah satu departemen, berumur kurang lebih 46 tahun, sementara itu ibunya, biasa saya panggil Tante Stella, adalah ibu rumah tangga yang sangat memperhatikan keluarganya. Konon kabarnya Tante Stella adalah mantan ratu kecantikan di kota kelahirannya, dan hal ini amat saya percayai karena kecantikan dan bentuk tubuhnya yang masih sangat menarik diusianya yang ke 36 ini. Adik Indah murid saya bernama Noni, amat manja pada orangtuanya, karena Tante Stella selalu membiasakan memenuhi segala permintaannya.

Dalam satu minggu, saya harus memberikan perlajaran tambahan 3 kali buat Nona, walaupun sudah saya tawarkan bahwa waktu pertemuan tersebut dapat dikurangi, karena sebenarnya Nona cukup cerdas, hanya sedikit malas belajar. Tetapi Tante Stella malah menyarankan untuk memberikan pelajaran lebih dari yang sudah disepakati dari awalnya.

Setiap saya selesai mengajar, Tante Stella selalu menunggu saya untuk membicarakan perkembangan anaknya, tekadang ekor matanya saya tangkap menyelidik bentuk badan saya yang agak bidang menurutnya. Melewati satu bulan saya mengajar Noni, hubungan saya dengan Tante Stella semakin akrab.

Suatu ketika, kira-kira bulan ketiga saya mengajar Noni, saya datang seperti biasanya jam 16:00 sore. Saya mendapati rumah Bapak Gatot sepi tidak seperti biasanya, hanya tukang kebun yang ada. Karena sudah menjadi kewajiban, saya berinisiatif menunggu Noni, minimal selama waktu saya mengajar. Kurang lebih 45 menit menunggu, Tante Stella datang dengan wajah cerah sambil mengatakan bahwa Noni sedang menghadiri pesta ulang tahun salah seorang temannya, sehingga hari itu saya tidak perlu mengajar. Tetapi Tante Stella tetap minta saya menunggu, karena ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan saya.

Ketika Tante Stella memanggil untuk masuk ke dalam rumahnya, alangkah kagetnya saya, ternyata Tante Stella telah memakai baju yang sangat seksi. Yah, memang badannya cukup seksi, karena walaupun sudah mulai berumur, Tante Stella masih sempat menjaga tubuhnya dengan melakukan senam “BLseminggu 3 kali. Tubuhnya yang ideal menurut saya mempunyai tinggi sekitar 168 cm, dan berat sekitar 48 kg, ditambah ukuran payudaranya kira-kira 36B.

Mula-mula saya tidak menaruh curiga sama sekali, pembicaraan hanya berkisar masalah perkembangan pendidikan Noni. Tetapi lama kelamaan sejalan dengan cairnya situasi, Tante Stella mulai bercerita tentang kesepiannya di atas ranjang. Terus terang saya mulai bingung mengimbangi pembicaraan ini, saya hanya terdiam, sambil berhayal entah kamana.
“Rud, kamu lugu sekali yah..?tanya Tante Stella.
“Agh.. Tante bisa aja deh, emang biar nggak lugu harus gimana..?jawab saya.
“Yah.. lebih dewasa Dong..!tegasnya.
Lalu, tiba-tiba tangan Tante Stella sudah memegang tangan saya duluan, dan tentu saja saya kaget setengah mati.

“Rud.. mau kan tolongin Tante..?tanya si Tante dengan manja.
“Loh.. tolongin apalagi nih Tante..?jawab saya.
“Tolong puaskan Tante, Tante kesepian nih..!jawab si Tante.
Astaga, betapa kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Stella yang memiliki rambut sebahu. Saya benar-benar tidak membayangkan kalau ibu bunga kampus saya, bahkan ibu murid saya sendiri yang meminta seperti itu. Memang tidak pernah ada keinginan untuk “bercintadengan Tante Stella ini, karena selama ini saya menganggap dia sebagai seorang ibu yang baik dan bertanggung jawab.
“Wah.. saya harus memuaskan Tante dengan apa dong..?tanya saya sambil bercanda.
“Yah.. kamu pikir sendirilah, kan kamu sudah dewasa kan..?jawabnya.

Lalu akhirnya saya terbawa nafsu setan juga, dan mulai memberanikan diri untuk memeluknya dan kami mulai berciuman di ruang keluarganya. Dimulai dengan mencium bibirnya yang tipis, dan tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang masih montok itu. Tante Stella juga tidak mau kalah, dia langsung meremas-remas alat kelaminku dengan keras. Mungkin karena selama ini tidak ada pria yang dapat memuaskan nafsu seksnya yang ternyata sangat besar ini.

Akhirnya setelah hampir selama setengah jam kami berdua bercumbu, Tante Stella menarik saya ke kamar tidurnya. Sesampainya di kamar tidurnya, dia langsung melucuti semua baju saya, pertama-tama dia melepas kemeja saya sambil menciumi dada saya. Bukan main nafsunya si Tante, pikirku. Dan akhirnya, sampailah pada bagian celana. Betapa nafsunya dia ingin melepaskan celana Levi’s saya. Dan akhirnya dia dapat melihat betapa tegangnya batang kemaluan saya.

“Wah.. Rud, gede juga nih punya kamu..kata si Tante sambil bercanda.
“Masa sih Tante..? Perasaan biasa-biasa saja deh..!jawab saya.
Dalam keadaan saya berdiri dan Tante Stella yang sudah jongkok di depan saya, dia langsung menurunkan celana dalam saya dan dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya ke dalam mulutnya. Aghh, nikmat sekali rasanya. Karena baru pertama kali ini saya merasakan oral seks. Setelah dia puas melakukan oral dengan kemaluan saya, kemudian saya mulai memberanikan diri untuk bereaksi.

Sekarang gantian saya yang ingin memuaskan si Tante. Saya membuka bajunya dan kemudian saya melepaskan celana panjangnya. Setelah melihat keadaan si Tante dalam keadaan tanpa baju itu, tiba-tiba libido seks saya menjadi semakin besar. Saya langsung menciumi payudaranya sambil meremas-remas, sementara itu Tante Stella terlihat senangnya bukan main. Lalu saya membuka BH hitamnya, dan mulailah saya menggigit-gigit putingnya yang sudah mengeras.
“Oghh.. saya merindukan suasana seperti ini Rud..!desahnya.
“Tante, saya belum pernah gituan loh, tolong ajarin saya yah..?kata saya.

Karena saya sudah bernafsu sekali, akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Dan kemudian saya membuka celana dalamnya yang berwarna hitam. Terlihat jelas klitoris-nya sudah memerah dan liang kemaluannya sudah basah sekali di antara bulu-bulu halusnya. Lalu saya mulai menjilat-jilat kemaluan si Tante dengan pelan-pelan.
“Ogh.. Rud, pintar sekali yah kamu merangsang Tante..dengan suara yang mendesah.
Tidak terasa, tahu-tahu rambutku dijambaknya dan tiba-tiba tubuh Tante mengejang dan saya merasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah.. ternyata dia orgasme! Memang berbau aneh sih, karena berhubung sudah dilanda nafsu, bau seperti apa pun tentunya sudah tidak menjadi masalah.

Setelah itu kami merubah posisi menjadi 69, posisi ini baru pertama kalinya saya rasakan, dan nikmatnya benar-benar luar biasa. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang sudah mulai basah dan begitupun mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Setelah kami puas melakukan oral seks, akhirnya Tante Stella sekarang meminta saya untuk memasukkan batang kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya.
“Rud.. ayoo Dong, sekarang masukin yah, Tante sudah tidak tahan nih..!pinta si Tante.
“Wah.. saya takut kalo Tante hamil gimana..?tanya saya.
“Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya kamu tenang-tenang aja deh..!sambil berusaha meyakinkan saya.

Benar-benar nafsu setan sudah mempengaruhi saya, dan akhirnya saya nekad memasukkan kemaluan saya ke dalam lubang kemaluannya. Oghh, nikmatnya.. Setelah akhirnya masuk, saya melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan.
“Ahh.. dorong terus Dong Rud..!pinta si Tante dengan suara yang sudah mendesah sekali.
Mendengar desahannya, saya menjadi semakin nafsu, dan saya mulai mendorong dengan kencang dan cepat. Sementara itu tangan saya asyik meremas-remas payudaranya, sampai tiba-tiba tubuh Tante Stella mengejang kembali. Astaga, ternyata dia orgasme yang kedua kalinya.

Dan kemudian kami berganti posisi, saya di bawah dan dia di atas saya. Posisi ini adalah idaman saya kalau sedang bersenggama. Dan ternyata posisi pilihan saya ini memang tidak salah, benar-benar saya merasakan kenikmatan yang luar biasa dengan posisi ini. Sambil merasakan gerakan naik-turunnya pinggul si Tante, tangan saya tetap sibuk meremas payudaranya lagi.
“Oh.. oh.. nikmat sekali Rudy..!teriak si Tante.
“Tante.. saya kayaknya sudah mau keluar nih..!kata saya.
“Sabar yah Rud.. tunggu sebentar lagi, Tante juga udah mau keluar lagi nih..!jawab si Tante.

Akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, dan keluarlah cairan mani saya di dalam liang kemaluan si Tante, begitu juga dengan si Tante.
“Arghh..!teriak Tante Stella.
Tante Stella kemudian mencakar pundak saya, sementara saya memeluk badannya dengan erat sekali. Sungguh luar biasa rasanya, otot-otot kemaluannya benar-benar meremas batang kemaluan saya.

Setelah itu kami berdua letih, tanpa disadari kami telah sejam bersenggama, saya akhirnya bangun. Saya memakai baju saya kembali dan menuju ke ruang keluarga. Ketika melihat Tante Stella dalam keadaan telanjang menuju ke dapur, mungkin dia sudah biasa seperti itu, entah kenapa, tiba-tiba sekarang giliran saya yang nafsu melihat pinggulnya dari belakang. Tanpa bekata-kata, saya langsung memeluk Tante Stella dari belakang, dan mulai lagi meremas-remas payudaranya dan pantatnya yang montok serta menciumi lehernya. Tante pun membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante langsung menciumi bibir saya, dan memeluk saya dengan erat.

“Ih.. kamu ternyata nafsuan juga yah anaknya..?kataya sambil tertawa kecil.
“Agh.. Tante bisa aja deh..!jawab saya sambil menciumi bibirnya kembali.
Karena sudah terlalu nafsu, saya mengajaknya untuk sekali lagi bersenggama, dan si Tante setuju-setuju saja. Tanpa ada perintah dari Tante Stella, kali ini saya langsung membuka celana dan baju saya kembali, sehingga kami dalam keadaan telanjang kembali di ruang keluarga. Karena keadaan tempat kurang nyaman, maka kami hanya melakukannya dengan gaya dogie style.

“Um.. dorong lebih keras lagi dong Rud..!desahnya.
Semakin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya sangat seksi. Maka semakin keras juga sodokan saya kepada si Tante, sementara itu tangan saya menjamah semua bagian tubuhnya yang dapat saya jangkau.
“Rud.. mandi yuk..!pintanya.
“Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, terus Tante mandiin saya yah..?jawab saya.

Akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya duduk di atas closed, dan kemudian saya menarik Tante Stella untuk menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Dan Tante mulai terangsang kembali.
“Hm.. nikmat sekali jilatanmu Rud.. agghh..!desahnya.
“Rud.. kamu sering-sering ke sini Rud..!katanya dengan nafas memburu.
Setelah puas menjilatinya, saya angkat Tante Stella agar duduk di atas saya, dan batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk ke dalam lubang kemaluannya. Kali ini rasa nikmatnya lebih banyak terasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang makin lama makin cepat membuat saya akhirnya “KO kembali. Saya mengeluarkan air mani ke dalam lubang kemaluannya. Tante Stella kemudian menjilati kemaluan saya yang sudah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semua sampai bersih. Setelah itu kami mandi bersama.

Setelah selesai mandi, saya pamit pulang karena baru tersadar bahwa perbuatan saya amat berbahaya bila diketahui oleh Bapak Gatot, Indah teman sekampus saya, apalagi Noni murid saya itu. Sampai sekarang kami masih sering bertemu dan melakukan persetubuhan, tetapi tidak pernah lagi di rumah, Tante memesan kamar hotel berbintang dan kami bertemu di sana.

Selepas pengalaman itu, saya menjadi lebih berani pada wanita, dan menikmati persetubuhan dengan beberapa wanita setengah baya yang kesepian dan butuh pertolongan tanpa dibayar.

Perjalanan Bisnis Bersama Tante 2

Jam lima pagi, aku terjaga lagi. Kali ini terasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sambil melihat Tante yang masih berposisi telanjang bongkok udang. Hal ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar itu hingga menutupi tubuh kami berdua. Tangan kiri kusisipkan di bawah badannya dan tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, sehingga otomatis zakarku menempel di situ pula, di sela-sela paha belakangnya.


Dasar darah mudaku masih panas, sejenak kemudian burung kecilku sudah jadi 'garuda' perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku pun tidak tinggal diam dan mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal itu. Kontan mendapat perlakuan seperti itu Tanteku terbangun dan bereaksi.

"Sudah, Ron..! Jangan lagi..!" tubuh Tante beringsut menjauhiku, namun aku tetap memeluknya erat.
Bahkan dengkulku sekarang berupaya membuka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi dan kedua tangannya berusaha melepas pelukanku.
"Jangan, Ron..! Aku ini Tantemu." rintihnya sambil tetap membelakangiku.
"Tapi, tadi kita sudah melakukannya, Tante?" tanyaku tidak mengerti. Pelukanku tetap.
"Ya. Ta.. tadi Tante.. khilaf.."
"Khilaf..? Tapi kita sudah melakukannya sampai dua kali Tante?" aku tidak habis mengerti.
Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.

"Ii.. ya, Ron. Tante tadi benar-benar tak mampu.. menahan nafsu.. Tante sudah lama tidak melakukan ini sejak Oom-mu meninggal. Dan sekarang kamu merangsang Tante sampai Tante terlena."
"Masak terlena sampai dua kali?"
"Yang pertama memang. Tante baru terbangun setelah.., Roni mem.. memasuki Tante. Tante mau melawan tapi tenagamu kuat sekali sampai akhirnya Tante diam dan malah jadi terlena."

"Kalau yang kedua, Tante..?" tanyaku ingin tahu sambil mendekap lebih erat. Tante menghindar dan menepisku lagi.
"Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kelemahan Tante, Ron. Tante selalu terangsang kalau berciuman.."
"Oh, kalau begitu Tante kucium saja sekarang ya..? Biar Tante bernafsu lagi." pintaku bernafsu sambil berupaya memalingkan wajah Tante. Tapi Tante menolak keras.
"Jangan, Ron..! Sudah cukup. Kita jangan berzinah lagi. Tante merasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik.." Tante terisak.
Aku jadi mengendurkan serangan, meski tetap memeluknya dari belakang.

Kemudian kami terdiam. Dalam dekapanku terasa Tante sedang menangis. Tubuhnya berguncang kecil.
"Ya sudah, Tante. Sekarang kita tidur saja. Tapi bolehkan Roni memeluk Tante seperti ini..?"
Tidak kuduga Tante justru berbalik menghadapku sambil membetulkan selimut kami dan berkata, "Tapi kamu harus janji tak akan menyetubuhi Tante lagi kan, Ron?"
"Iya, Tante. Aku janji.., anggap saja Tante sekarang sedang memeluk anak Tante sendiri."

Sekilas kulihat bibir Tante tersenyum. Di bawah selimut, aku kembali memeluknya dan kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menekan dadaku, tapi aku mencoba mematikan nafsuku. Zakarku, meski menyentuh pahanya, juga kutahan supaya tidak tegang lagi. Wajah kami berhadap-hadapan sampai napas Tante terasa menerpa hidungku. Matanya terpejam, aku pun mencoba tidur.

Mungkin saking lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Namun lain halnya dengan aku. Terus terang, meski sudah berjanji, mana bisa aku mengekang terus nafsu birahiku, terutama si 'garuda' kecilku yang sudah mulai mengepakkan sayapnya lagi. Dengan tempelan buah dada sebesar itu di dada dan pelukan hangat tubuh polos menggairahkan begini, mana bisa aku tidur tenang? Mana bisa aku menahan syahwat? Jujur saja, aku sudah benar-benar ingin segera menelentangkan Tante, menusuk dan memompanya lagi!

Tapi aku sudah janji tidak akan menyetubuhinya lagi. Mestikah janji ini kuingkari? Apa akal? Bisakah tidak mengingkari janji tapi tetap dapat menyebadani Tante? Benakku segera berputar, dan segera ingat kata-kata Tante tadi bahwa dia paling mudah terangsang kalau dicium. Mengapa aku tidak menciumnya saja? Bukankah mencium tidak sama dengan menyetubuhi?

Ya, pelan tapi pasti kusisipkan kaki kiri di bawah kaki kanan Tante, sedang kaki kananku kumasukkan di antara kakinya sehingga keempat kaki kami saling bertumpang tindih. Aku tidak perduli zakarku yang sudah jadi tonggak keras melekat di pahanya. Kurapatkan pelukan dan dekapanku ke tubuh Tante, wajahku kudekatkan ke wajahnya dan perlahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.

Lidahku kembali berupaya memasuki rongga mulutnya yang agak menganga. Aku terus bertahan dengan posisi erotis ini sambil agak menekan bagian belakang kepala Tante supaya pertautan bibir kami tidak lepas. Dan usahaku ternyata tidak sia-sia. Setelah sekitar 30 menit kemudian, tubuhku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Serta merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.
"Emm.. emm.. mm.." desis Tante sambil membelit lidahku.

Kepalanya kutekan makin kuat dan aku berusaha menyedot lidahnya hingga masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya dan kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot dan kusedot terus sampai Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah ini berlangsung cukup lama dan ketika tanpa sengaja pahaku menyenggol vagina tante, terasa agak basah. Pasti Tante terangsang, pikirku. Tapi aku tidak mau memulai, takut melanggar janji. Biar Tante saja yang aktif.

Maka aku pun berusaha menambah daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Meski mula-mula enggan, tapi lama kelamaan digenggamnya juga 'garuda perkasa'-ku. Bahkan dipijit-pijit sehingga aku pun menggelinjang keenakan.
"Shh.. shh..!" desisku sambil mengulum lidahnya.

Tangan kananku, setelah membimbing tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu meneruskan perjalanannya ke celah paha Tante yang sudah basah. Kusibakkan rambut-rambut tebal itu, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk dan tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk dan Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku terasa mengeras. Aku tidak tahan lagi.

"Masukin ya, Tante?" bisikku, lupa pada janjiku.
"Ja.. jangan, Ron..!"
"Ak.. aku nggak tahan lagi, Tante..!" pintaku.
"Di.. dijepit paha saja ya, Ron..?"
Tanpa kusuruh, Tante lalu telentang dan mengangkangkan pahanya. Pelan aku menaikinya. Tante membimbing zakarku di antara pahanya sekitar sejengkal di bawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya sehingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

Payudara besar Tante menekan dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga terus berupaya memasuki vagina Tante dan mengocoknya.
"Heshh.. heshh.. Ron.. mm..," Tante sulit bicara karena mulutnya masih kukulum.
"Tanganmu.. Ron..!" tangan kanan Tante berusaha menghentikan kegiatan tangan kiriku di putingnya, sedang tangan kanannya berusaha menghentikan kegiatan jemari kananku di vaginanya.

Dipegangnya jemariku. Aku hentikan gerakan, tapi tiga jari tetap terendam di vagina basah itu dan kukutil-kutil kecil. Sampai Tante tidak tahan dan mengangkangkan sedikit pahanya hingga jepitan pada zakarku terlepas. Cepat kutarik jemariku dari situ dan kunaikkan sedikit tubuhku sehingga sekarang ganti zakarku berada di pintu gerbang nikmat itu. Kepalanya malah sudah menyeruak masuk.

"Hshh.. Ron, jangan dimasukkan..!" Tante buru-buru memegang zakarku, digenggamnya.
"Tapi aku sudah nggak tahan Tante.." desisku.
"Cukup kepalanya saja, Ron.. dan jangan dikocok..!" Tante memperketat genggamannya, sementara aku semakin memperderas tekanan ke vaginanya.
"Ii.. ingat janjimu, Ron..!"
"Ta.. tapi Tante juga ingin kan?" tanyaku polos.
"Ii.. iya sih, Ron. Tante juga sudah nggak tahan. Tapi ini zinah namanya."
"Apa kalau tidak dimasukkan bukan zinah, Tante?" tanyaku bloon.
"Bu.. bukan, Ron. Asal burungmu tidak masuk ke vagina Tante, bukan zinah.." aku jadi bingung.
Terus terang tidak mengerti definisi zinah menurut Tante ini.

"Kalau begitu, apa Tante punya jalan keluar? Kita sudah sama-sama terangsang berat. Tapi kita nggak mau berzinah."
"Egh.. gini aja Ron. Tante akan.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..!"
Dan aku pun menurut, turun dari atas Tante dan telentang. Tante bangkit lalu memutar badannya dan mengangkangiku. Mulutnya ada di atas zakarku dan vaginanya di atas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam dan mengulum 'garuda perkasa'-ku. Dikulum dan digerakkan naik turun di mulutnya.

Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku segera menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur dan segera kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, malah agak kasar, keluar masuk sampai basah semua.
"Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante mau keluar, mm.. mm.." Tante terus mengulum sambil meracau.
Sekejap kemudian tubuhnya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi terasa berkejat-kejat. Kemudian cairan hangat membanjiri tanganku dan sebagian menetesi dadaku. Kurasakan cairan itu seperti air maniku hanya lebih encer dan bening.

Tante kemudian terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya tetap mengulum zakarku sambil mengocoknya. Tidak berapa lama, aku pun merasa mau keluar.
"Egh.. egh.. Tante. Aku mau keluar..!" Tante malah mempercepat kocokannya dan memperdalam kulumannya.
Aku berkejat dan muncrat memasuki mulut Tante dan ditelannya, semuanya habis ditampung mulut Tante. Akhirnya aku pun lemas dan ikut menggelepar kelelahan.

Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan namun mulutnya masih terus menjilati zakarku sampai bersih, barulah kemudian dia berbalik dan memelukku. Wajah kami berhadapan, mata Tante merem-melek.

"Kalau yang barusan ini bukan zinah tante?" tanyaku lagi.
"Bukan, Ron.. karena kamu tidak memasukkan burungmu ke vagina Tante." jawabnya sambil mata memejam.
Aku tidak tahu apakah jawabnya itu benar atau salah. Namun, setelah kupikir-pikir, aku lalu bertanya lagi, "Jadi kalau begitu, boleh dong kita melakukan lagi seperti yang barusan ini, Tante?"
"He-eh.." jawabnya sambil terkantuk-kantuk kemudian dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

Jam enam pagi waktu itu. Aku pun segera menebarkan selimut lagi di atas tubuh polos kami dan memeluknya dengan ketat. Rasanya aku tidak mau melepaskan tubuh Tante walau sekejap pun. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Sengaja aku juga tidak mengingatkan Tante akan pekerjaan kami. Aku malah berharap menginap lagi semalam, biar ada kesempatan bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Sepanjang hari ini aku mau bercumbu terus dengan Tante, sampai spermaku keluar sepuluh kali lagi! Begitu angan-angan jorokku.

Ya, akhirnya memang kami hari itu tidak keluar kamar dan memperpanjang menginap sehari lagi. Selama di dalam kamar, di atas ranjang, kami tidak pernah mengenakan pakaian barang selembar pun. Hampir setiap tiga jam sekali aku dan Tante sama-sama mengalami orgasme, meskipun hanya pakai bantuan tangan atau mulut dan lidah.

Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi dan delapan paginya lagi kami selalu terkejat-kejat dan orgasme hampir bersamaan. Selama itu memang Tante masih selalu ingat untuk menolakku yang ingin memasukkan penisku ke vaginanya, dan aku pun menurutinya.

Namun, akhirnya Tante terlena dan aku pun bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentunya setelah kami pulang dari perjalanan bisnis berkesan itu, dan kembali pulang ke rumah. Kesempatan itu terbuka lebar karena memang aku suka tinggal di rumahnya. Nah, sekian dulu kisahku, semoga dapat memuaskan pembaca sekalian. Terutama untuk pembaca yang dingin, bisa jadi greng..!